Posted by : Etika Indra Khusna Kamis, 14 April 2011

Masih terasa begitu sakit tamparan beliau . Dan kali ini aku tak mampu lagi menahannya tanpa titik - titik air mata yang selama ini kusimpan agar tak menjadikan diriku lemah . Kutahu selama ini , kupaham . Beliau memang sering marah , namun tak pernah ada tamparan pada akhirnya . Kurasa beliau benar - benar marah dan sangat marah . Di dekat jendela aku masih mengusap airmataku , mencoba menenangkan diri . Sedikit demi sedikit memahami akan kesalahanku yang beliau rasa sangat keterlaluan .

***
Siang itu , ketua majlisku mengirim pesan singkat ke ponselku . " Ukhti , nanti sepulang sekolah syuro' agenda besar kita . Kali ini syuro inti , jadi mungkin bisa memakan waktu yang cukup lama . Syukron ( foward ke akhwat ) " . Aku menghela nafas panjang . Syuro lagi ya ? Ah , padahal hari ini aku ingin cepat pulang . Ingin memasak sayur bayam untuk ibuk . Ya , sayur kesukaan beliau . Tapi sepertinya harus kuurungkan .

Aku masih memegang ponsel jadulku , dan memencet tombol balas , lalu mengetikkan kalimat kesanggupan untuk hadir dalam syuro inti sepulang sekolah nanti kepada ketua majlisku. tak lupa mengirim ulang pesan dari ketua majlisku kepada teman - teman akhwat angkatanku . Dan kembali menaruhnya di saku rok panjangku . Akan kuambil lagi , nanti , sebelum syuro' untuk mengirim pesan singkat ke Mas Aji , abang sepupuku .

Kulihat sekilas jam dinding kelas . Sepuluh menit lagi jam pulang sekolah , namun Pak Agung sepertinya bergegas mengakhiri pelajaran Fisikanya hari ini tepat setelah ku selesai menatap jam yang setahun menemani kelasku itu dan tak lupa beliau memberi oleh - oleh lima buah soal untuk dikerjakan di rumah kepada siswa - siswinya .

" Ayok , Git . Ke masjid dulu , dzuhuran ." ajakku pada Gita , satu - satunya akhwat seangkatan yang satu kelas denganku .

" Oke ," jawabnya sembari membereskan ketiga buku tebal yang siap ia tenteng dengan kedua tangannya .

Seusai sholat dzuhur aku sempatkan mengirim pesan ke Mas Aji .

" Mas , tolong sampein ke ibuk ya ... Aku nanti pulang agak sore , jam empat . Soalnya masih ada agenda syuro' inti . Makasih " . Lima menit aku menunggu balasan . Dan Mas Aji pun tak membalasnya . Mungkin masih tidur siang pikirku . Tanpa berlama - lama aku , Gita , dan teman - teman akhwat lainnya bergegas menuju ruangan kelas untuk agenda syuro hari ini .

Entahlah , agenda syuro inti kali ini kurasa berjalan sangat lama . Dan cukup alot perbedaan pendapat dari teman - teman . Ah , aku tak begitu fokus dengan syuro' kali ini . Ada keinginanku yang cukup kuat untuk segera pulang . Ibuk pasti menungguku . Dan tiba - tiba aku teringat dengan pesan singkat yang kukirim ke Mas Aji . Tak ada balasan hingga kini . Sudahkah ia sampaikan kepada ibuk ? Aku takut beliau akan khawatir menungguku akhir ashar ini .

Kulihat jam di ponselku , 16.41 . Astaghfirullah , sudah terlambat empat puluh menit dari jadwalku sampai di rumah . Bagaimana ini ? Emm ... Harus pulang , kuputuskan . Tanpa ada lagi rasa sungkan . Sudah terlalu sore ini menurutku .

" Fir , afwan aku harus pulang dulu . Ini sudah terlalu sore , sepertinya ibuku akan benar - benar marah ." kataku kepada Firman , ketua majlis kami . Nampak di wajahnya sedikit kurang rela melepas satu anggotanya untuk pulang lebih awal padahal masih belum mencapai kesepakatan ending dari syuro' hari ini . Namun , ia mengangguk mengijinkanku pulang . Alhamdulillah .

Cepat saja kukayuh sepedaku . Namun tiba - tiba sepedaku terasa berat . Kulihat sekilas ban depan . Astaghfirullah , ban sepedaku kempes . Terpaksa harus kutuntun . Beberapa saat kemudian , suara seseorang mengucap salam dari arah belakang mengagetkanku .

" Assalamu'alaikum , Rifa Setyaningrum ya ? "

Kutengok suara darinya dan cukup terkejut melihatnya . Ahmad , teman SMPku menyapaku dengan nama lengkapku . Aku tersenyum , dia masih mengingatku setelah tiga tahun tak bertemu . Lalu kami mengobrol sebentar menanyakan kabar masing - masing . Sepertinya dia jauh lebih baik sekarang . Lebih santun sikapnya . Hanya ucapan syukur yang melabuh dalam hati setelah lega saling bercerita , walaupun hanya sekitar sepuluh menit .

" Ban kamu kempes . Pulang bareng aku aja ? Udah hampir maghrib lho ," tawarannya sempat kupertimbangkan . Aku ingat pesan ibuk . Aku takut ibuku tahu , aku dibonceng seorang ikhwan yang sama sekali tak ada hubungan darah ataupun kekerabatan seperti Ahmad . Karena selama ini , aku hanya pernah dibonceng oleh Mas Aji .
" Emm ... bagaimana ya ? Aku jalan kaki saja sepertinya "
" Tenang saja Fa , jangan khawatir . Aku nanti yang bilang ke ibumu . Keadaan gawat darurat gitu !" ucapnya sembari tersenyum .

Sepertinya dia paham apa yang kutakutkan . Ah , sebentar lagi maghrib . Ibuk pasti benar - benar akan marah jika aku tak segera sampai di rumah . Ku iyakan saja tawarannya . Lalu sepedaku kutuntun ke salah satu warung tambal ban yang tak begitu jauh . Kutitipkan , esok pagi akan kuambil . 

***
" Beginikah sikap seorang akhwat , seorang putri yang ibu elu - elukan ? Berboncengan dengan lawan jenis yang bukan mahrammu ? "
" Maafkan aku buk , dia benar - benar hanya ingin membantuku . Aku takut ibu akan marah jika aku pulang telat..." suaraku lirih , dan sedikit terisak . 
" Ibu memang akan marah jika kamu telat pulang dan ibu jauh lebih marah jika kamu dengan mudahnya menerima tawaran boncengan dari anak laki - laki seperti dia !"

Aku hanya terdiam , menunduk . Sesekali mengusap tetesan airmataku yang tumpah . Apa yang kutakutkan terjadi . Dan Ahmad tak sempat bercerita dan menjelaskannya kepada ibukku . Dia bergegas pergi tak menepati janji yang sempat membuatku merasa pantas menerima tawarannya . Hingga amarah ibuk benar - benar memuncak . Sebuah tamparan yang pada akhirnya kusadari memang pantas kudapatkan .

Selama ini , aku memang selalu menurut dengan apa yang telah dipesankan oleh ibuk . Tapi entah apa yang membuatku semudah itu menerima tawaran yang mungkin bukan tawaran yang asing bagi kalangan muda jaman sekarang . Aku telah lalai mengabaikan pesan ibukku . Satu - satunya belahan jiwaku yang menyayangiku .

" Maafkan putrimu Rifa , buk . Rifa tak bisa menjaga diri Rifa sendiri . Hanya menolak tawaran seorang ikhwan saja aku tak mampu . Maaf ... " kubisikkan pada udara malam yang dingin .
" Semoga besok pagi , engkau benar - benar memaafkanku ..."

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

My Clock

Popular Post

Pengunjung Blog

unique stats

- Copyright © Kaf -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -