Archive for 2012
Your Mother
Pagi-pagi coba liat folder Downloads-Music dapat lagu yang beberapa hari yang lalu sempat 'sengaja' didownload. Dan nice song by Zain Bhikha ft. Rashid Bhikha
Your Mother
Who should I give my love to?
My respect and my honour to?
Who should you pay good mind to - after Allah,
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then your Father
Cause who used to hold you
And clean you and clothe you?
Who used to feed you
And always be with you?
When you were sick, stay up all night,
Holding you tight?
That’s right no other, my Mother
Who should I take good care of,
Giving all my love?
Who should I think the most of - after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then your Father
Cause who used to hear you
Before you could talk?
Who used to hold you
Before you could walk?
And when you fell, who’d pick you up?
Clean your cut?
No one but, your Mother, my Mother
Who should I stay right close to?
Listen most to?
Never say no to – after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then you Father
Cause who used to hug you
And buy you new clothes?
Comb your hair and blow your nose?
And when you cried who wiped your tears?
Knows your fears? Who really cares?
My Mother
Say Alhamdulillah,
Thank you Allah
Thank You Allah for my Mother
My respect and my honour to?
Who should you pay good mind to - after Allah,
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then your Father
Cause who used to hold you
And clean you and clothe you?
Who used to feed you
And always be with you?
When you were sick, stay up all night,
Holding you tight?
That’s right no other, my Mother
Who should I take good care of,
Giving all my love?
Who should I think the most of - after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then your Father
Cause who used to hear you
Before you could talk?
Who used to hold you
Before you could walk?
And when you fell, who’d pick you up?
Clean your cut?
No one but, your Mother, my Mother
Who should I stay right close to?
Listen most to?
Never say no to – after Allah
And Rasullullah?
Comes your Mother,
Who next? Your Mother
Who next? Your Mother
And then you Father
Cause who used to hug you
And buy you new clothes?
Comb your hair and blow your nose?
And when you cried who wiped your tears?
Knows your fears? Who really cares?
My Mother
Say Alhamdulillah,
Thank you Allah
Thank You Allah for my Mother
Sedikit Tentang Kalian :D
Pagi, semangat masih mengepul-ngepul di otak. Sempat lelah karena tadi malam nyuci baju satu bak mandi besar. Sebelumnya juga sudah berpusing ria, tepatnya migrain. Kurang tidur kayaknya sih, tapi telah terusir oleh semangat pagiku. Shubuh usai, bersih diri usai juga. Dan sekarang stay di depan laptop. Rutinitas.
Hebat ! Kali ini bukan sedang fokus mengerjakan tugas, tapi sedang memutar-mutar otak mencari kalimat-kalimat yang tepat untuk mencuatkan cerita pagi.
Oke, mari kita mulai! Sebelumnya, silakan baca basmalah dulu, setalah itu baca Yasiin, sekalian deh jus 30 ( becanda deh :p ). Ini tentang sebuah cerita berkelanjutan, guys ! Baca dengan seksama dan nggak boleh sesingkat-singkatnya :p
Dia perempuan. Bukan aku,kakak iparku, ataupun sahabat-sahabat perempuanku. Bukan! Dia perempuan yang sentuhannya selembut udara pagi, senyumannya mendamaikan seisi bumi, hingga terkadang kesedihannya menjadikan langit ikut merasakannya. Aku heran, mengapa bisa demikian? Begini awalnya ...
"Panggil namaku ibuk, Nduk .."
Itulah kalimat yang terus terulang dan kudengar hampir setiap hari. Sosoknya yang berkata bahwa dia bernama "ibuk" selalu saja mucul di hadapanku. Kurang lebih 30 centimeter di depan mukaku. Terkadang malah sangat dekat. Tak sungkan mencium dahiku, menggoyang-goyang tubuhku, menutupi tubuhku dengan baju-baju mungil, menenangkanku saat aku mulai tidak diperhatikan dengan berkata
"Cup.. cup.. nggak pareng nangis ya,"
Ah, manis sekali. Aku menurutinya. Tak menangis dan mulai tersenyum saat wajahnya menggodaku, sesekali mengagetkan aku dengan berkata
"Ciluk.. Bba.."
Itu hal yang paling aku suka. Wajahnya menyenangkan. Aku yakin dia sangat baik. Baik sekali.
Ibuk. Ah, aku suka dengan panggilan itu. Panggilannya menjadikan aku dekat. Walaupun semakin besar ~badan dan umurku~ aku semakin nakal, tapi caranya dalam menyayangiku tak pernah pudar. Mengapa aku begitu yakin? Sebab ada raut keikhlasan di wajahnya. Dia selalu merawatku, memberi wajahku bedak agar terlihat cantik, memotong kukuku saat kukuku mulai menghitam, meniup mataku saat aku kelilipan, menyuapiku dengan makanan kesukaanku, dan cara-cara manis lainnya. Semuanya ikhlas dan tidak sekalipun meminta tagihan kepadaku.
..........
Hingga waktu berjalan semakin ke depan. Aku mulai tau, orang lain yang juga sangat baik di tempat ini. Mereka adalah bapak dan kakak laki-lakiku. Tapi bapak cenderung kaku dan berwatak keras, tapi sangat menyayangiku. Aku sering digendongnya saat sore hari. Berjalan-jalan di depan rumah. Sesekali berceloteh yang aku tak faham apa maksudnya ~saat aku masih kecil~. Aku suka caranya menyayangiku. Manis sekali.
Bapak selalu mengingatkanku, menasehatiku, tak jarang memarahi dan menghukumku saat aku salah. Dan aku semakin tau, yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik. Itu semua berkat cinta dan kasih beliau. Dan kini aku swmakin paham cara beliau mendidikku dan mendidik kami.
Lain bapak, lain pula kakakku. Dia itu kakak yang abstrak, sering nakal padaku, tapi juga sering baik padaku. Dia lebih banyak diam. Yang aku suka adalah saat dia malu karena aku menggangu waktu belajar bersama dengan kawan-kawannya. Ah, padahal akulah si pencair suasana, hehe.Tapi, aku yakin mungkin itulah caranya menyayangiku. Aneh sih, tapi aku yakin suatu hari nanti aku pasti cepat memahaminya.
Cerita berlanjut, cerita mengukir, aku mengalami banyak pengalaman manis di keluarga ini. Saat kenyataannya aku bukanlah si bungsu, aku sempat iri pada adik lelakiku yang hadir saat kurang lebih usiaku 3 tahun. Semua perhatian tertuju padanya. Aku tak suka situasi ini. Aku tak lagi dimanja. Aku tak lagi sepenuhnya diperhatikan. Aku iri pada adikku. Dan rasa itu berlanjut hingga usia sekolah. Berefek panjang saat aku belum sepenuhnya berfikir dewasa. Aku benar-benar tak menyukainya. Namun kalian tau, aku menyesal. Sangat menyesal. Mengapa aku begitu terlihat bodoh? Mengapa aku berani tak menyukainya? Berani iri dengannya? Jelas ia adalah saudaraku, adikku sendiri, adik kandungku. Ah bodoh! Sangat bodoh!
Aku bersyukur, sebelum semua terlambat aku masih diberi kesempatan mengganti semua salahku dengan semua kasih sayangku. Dan semua itu datang karena sebuah kesadaran dan kedewasaan. Aku menyayanginya. Aku banyak bercerita padanya, aku mulai banyak berbagi dengannya. Entah berbagi cerita, berbagi uang jajan, berbagi makanan. Semuanya berbagi. Dan kalian tau. Itu melegakan. Hingga saat ini, aku dan dia begitu dekat. Aku jadi ingat salah satu quote-nya Pak Darwis Tere Liye
"Benarlah kata orang-orang bijak, selepas sebuah pertengkaran, dua musuh bisa menjadi teman baik. Apalagi dua sahabat, selepas pertengkaran, mereka bisa menjadi sahabat sejati."
Tere Liye, novel Pukat, serial anak2 Mamak
Tapi, ini tentang dua saudara, selepas rasa iri, kita menjadi saudara dan sahabat sejati ^^. Hehe
Mungkin segini dulu cerita ~cenderung tanpa alur~. Lain kali perlu aku upload sekalian foto bapak ibuk. Biar tambah so sweet.
Hebat ! Kali ini bukan sedang fokus mengerjakan tugas, tapi sedang memutar-mutar otak mencari kalimat-kalimat yang tepat untuk mencuatkan cerita pagi.
Oke, mari kita mulai! Sebelumnya, silakan baca basmalah dulu, setalah itu baca Yasiin, sekalian deh jus 30 ( becanda deh :p ). Ini tentang sebuah cerita berkelanjutan, guys ! Baca dengan seksama dan nggak boleh sesingkat-singkatnya :p
Dia perempuan. Bukan aku,kakak iparku, ataupun sahabat-sahabat perempuanku. Bukan! Dia perempuan yang sentuhannya selembut udara pagi, senyumannya mendamaikan seisi bumi, hingga terkadang kesedihannya menjadikan langit ikut merasakannya. Aku heran, mengapa bisa demikian? Begini awalnya ...
"Panggil namaku ibuk, Nduk .."
Itulah kalimat yang terus terulang dan kudengar hampir setiap hari. Sosoknya yang berkata bahwa dia bernama "ibuk" selalu saja mucul di hadapanku. Kurang lebih 30 centimeter di depan mukaku. Terkadang malah sangat dekat. Tak sungkan mencium dahiku, menggoyang-goyang tubuhku, menutupi tubuhku dengan baju-baju mungil, menenangkanku saat aku mulai tidak diperhatikan dengan berkata
"Cup.. cup.. nggak pareng nangis ya,"
Ah, manis sekali. Aku menurutinya. Tak menangis dan mulai tersenyum saat wajahnya menggodaku, sesekali mengagetkan aku dengan berkata
"Ciluk.. Bba.."
Itu hal yang paling aku suka. Wajahnya menyenangkan. Aku yakin dia sangat baik. Baik sekali.
Ibuk. Ah, aku suka dengan panggilan itu. Panggilannya menjadikan aku dekat. Walaupun semakin besar ~badan dan umurku~ aku semakin nakal, tapi caranya dalam menyayangiku tak pernah pudar. Mengapa aku begitu yakin? Sebab ada raut keikhlasan di wajahnya. Dia selalu merawatku, memberi wajahku bedak agar terlihat cantik, memotong kukuku saat kukuku mulai menghitam, meniup mataku saat aku kelilipan, menyuapiku dengan makanan kesukaanku, dan cara-cara manis lainnya. Semuanya ikhlas dan tidak sekalipun meminta tagihan kepadaku.
..........
Hingga waktu berjalan semakin ke depan. Aku mulai tau, orang lain yang juga sangat baik di tempat ini. Mereka adalah bapak dan kakak laki-lakiku. Tapi bapak cenderung kaku dan berwatak keras, tapi sangat menyayangiku. Aku sering digendongnya saat sore hari. Berjalan-jalan di depan rumah. Sesekali berceloteh yang aku tak faham apa maksudnya ~saat aku masih kecil~. Aku suka caranya menyayangiku. Manis sekali.
Bapak selalu mengingatkanku, menasehatiku, tak jarang memarahi dan menghukumku saat aku salah. Dan aku semakin tau, yang mana yang baik dan yang mana yang tidak baik. Itu semua berkat cinta dan kasih beliau. Dan kini aku swmakin paham cara beliau mendidikku dan mendidik kami.
Lain bapak, lain pula kakakku. Dia itu kakak yang abstrak, sering nakal padaku, tapi juga sering baik padaku. Dia lebih banyak diam. Yang aku suka adalah saat dia malu karena aku menggangu waktu belajar bersama dengan kawan-kawannya. Ah, padahal akulah si pencair suasana, hehe.Tapi, aku yakin mungkin itulah caranya menyayangiku. Aneh sih, tapi aku yakin suatu hari nanti aku pasti cepat memahaminya.
Nizam Husin Indrakusuma |
Sekarang udah nikah XD, cieeee |
Aku bersyukur, sebelum semua terlambat aku masih diberi kesempatan mengganti semua salahku dengan semua kasih sayangku. Dan semua itu datang karena sebuah kesadaran dan kedewasaan. Aku menyayanginya. Aku banyak bercerita padanya, aku mulai banyak berbagi dengannya. Entah berbagi cerita, berbagi uang jajan, berbagi makanan. Semuanya berbagi. Dan kalian tau. Itu melegakan. Hingga saat ini, aku dan dia begitu dekat. Aku jadi ingat salah satu quote-nya Pak Darwis Tere Liye
"Benarlah kata orang-orang bijak, selepas sebuah pertengkaran, dua musuh bisa menjadi teman baik. Apalagi dua sahabat, selepas pertengkaran, mereka bisa menjadi sahabat sejati."
Tere Liye, novel Pukat, serial anak2 Mamak
Tapi, ini tentang dua saudara, selepas rasa iri, kita menjadi saudara dan sahabat sejati ^^. Hehe
Adek gue XD : Zamrudi Indra Husada |
We are INDRA's family |
One day, we can meet
One day, we can be a part
But, I hope, this story will be continue
Cause Allah SWT loves us
Cause I love you cause Allah SWT
Secuil Cerita Pagi
Pagi.
Alarmku berdering pukul 2 pagi, meramaikan pagelaran alarm di salah satu kamar villa
pelatihan, Pacet. Dan payahnya dalam situasi setenang ini bersama orang-orang
pilihan terbaik dariNya aku tetap saja tak bergeming dengan suara alarm yang berdesing-desing. Alhasil, pukul 3 aku baru setengah sadar dari lelapku.
Yakin, hampir semua penghuni villa telah sujud bertahajjud pagi ... oh, telat !!
Tapi,
aku tak ingin ketinggalan, aku masih berkesempatan untuk bertemu
dengan sepertiga malam akhirNya. Jreng!! Aku bangkit.
Pukul setengah empat kurang, aku masih antri
untuk wudhu di kamar mandi ~yang jelas-jelas airnya telah habis karena belum bersahabatnya air PAM~. Tak lama, salah satu rekanku mengajakku untuk
wudhu di kran saja, tentu letaknya di luar villa. Aku mengiyakan saja.
Saat aku mendongak keluar, “Subhanallah ..”
Ilustrasi bintang :) |
Satu kata yang benar-benar menenangkan hati. Suasana tenang, dingin yang tak
menusuk, udara sebelum shubuh yang bersih menelungkupi tubuh yang baru saja
tegak.
Saat mendongak ke atas, bibir ini kembali bertasbih. Jutaan kerlip bintang terasa begitu dekat dan seakan mendekat padaku. Terlihat
begitu menyenangkan dalam ceria kerlipnya.
Pagi yang
kuharapkan berkesan telah benar-benar merengkuh hati ini dalam syukur. Dalam
sujud pagi hingga dzikir pagi ini, sentuhanNya mengagumkan.
“Alhamdulillah
..”
Setidaknya, tempat ini telah menjernihkan keruhnya hati, membersihkan negatifnya pemikiran, mewarnai buncah-buncah senyuman. Ah, aku benar-benar tengah berlatih mempuitiskan kata-kata :p
Namun, tetap tak pernah absen doaku pagiku untuk mereka, malaikat-malaikat terbaik pilihanNya yang telah mengikhlaskan waktu hingga perhatiannya padaku. Bapak, Ibuk, Mas, Adik, Mbak. Semoga Gusti Allah senantiasa menjaga kalian dalam cinta dan kasih sayangNya.
Berdering, bergetar ponselku. Pesan
singkat dari seseorang dengan atap langit yang berbeda, berpuluh-puluh
kilometer dari tempatku bertafakur ini mulai bersuara. Menyuarakan harapan yang
sama. Menyimak berbagai cerita pagiku. Dalam sabarnya, dalam kebaikannya. “Semoga
Gusti Allah senantiasa menjaga sampeyan
.. “
Pacet, Mojokerto
20 Oktober 2012
Never at Subuh
Penyakit mahasiswa paling akut, yang model mahasiswanya itu kayak GUE adalah bablas ( sebablas-bablasnya ) tidur setelah ngerjain tugas DL esok hari. Udah kesekian kali hobi godaan setan itu menjangkiti tubuh yang unyu ini.
~ Ya Allah, ampuni dosa-dosa hamba ..
Atau sebut saja penyakit terparah abad ini : habis lembur tugas DL jam 2 dini hari sampai shubuh menjelang, godaan setan datang : "Tidurlah, tidurrrrr ...."
Ajaib !!!
Dan ....
Gue TIDUR !!!
~ Astaghfirullah, aku memang hamba paling mayak. "Ampuni hamba Ya Rabb ..."
Yang berat itu : susah banget mengubah kebiasaan buruk ini. Gak semudah nyetrika baju kuliah ataupun makan es bubur kacang ijo.
^ ngaco banget !!
Sudah berusaha dengan berbagai cara. Dari wudhu, mandi pagi, tilawah, baca buku, ngintip buku praktikum, mandangin laptop ( bener-bener cuma memandangi saja ), jenggalin mata pake korek api ( saran ini nggak pernah tak pake, terlalu beresiko untuk kesehatan mata ) , ngunyah permen, ngunyah pojokan bantal, dan aktivitas agak kurang sehat lainnya tak cukup membuat gue betah melek di shubuh hari.
Dan fakta yang lebih buruk menyusul : pas Praktikum di Lab, gue masih saja kepergok TIDUR lagi. ~ parah !!
Sudah berusaha dengan berbagai cara. Dari wudhu, mandi pagi, tilawah, baca buku, ngintip buku praktikum, mandangin laptop ( bener-bener cuma memandangi saja ), jenggalin mata pake korek api ( saran ini nggak pernah tak pake, terlalu beresiko untuk kesehatan mata ) , ngunyah permen, ngunyah pojokan bantal, dan aktivitas agak kurang sehat lainnya tak cukup membuat gue betah melek di shubuh hari.
Dan fakta yang lebih buruk menyusul : pas Praktikum di Lab, gue masih saja kepergok TIDUR lagi. ~ parah !!
Sepertinya, gue emang harus (WAJIB) taubat sebelum kerugian-kerugian lanjutan menimpuki badan dan jiwa gue. Emang bakalan rugi banget kalau tidur setelah shubuh. Liat hasil penelusuran yang gue dapet :
- Kehilangan barakah pagi hari
Wada’ah al
Ghamidi radliyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi
hari mereka”.
Gue : jelas ini cukup kentara, pagi-pagi udah gak barokah, biasanya sih berangkat kuliah paling hobi bikin kericuhan dengan gedebug-gedebug hentakan kaki, ngos-ngosan nyampek kampus, atau lebih parah : telat masuk atau telat absen. Nggak jarang lupa bawa jas lab praktikum, nggak bawa tugas pendahuluan, nggak bawa smart card, dan nggak bawa tas ( bohong deh :p )
- Menyelisihi kebiasaan para salaf
Sebagian ulama salaf membenci tidur setelah shalat subuh.
Dari ‘Urwahin bin Zubair, beliau mengatakan, “Dulu Zubair melarang anak-anaknya untuk tidur di waktu pagi”
Urwah mengatakan, “Sungguh jika aku mendengar bahwa seorang itu tidur di waktu pagi maka aku pun merasa tidak suka dengan dirinya”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no 25442 dengan sanad yang sahih]
Dari ‘Urwahin bin Zubair, beliau mengatakan, “Dulu Zubair melarang anak-anaknya untuk tidur di waktu pagi”
Urwah mengatakan, “Sungguh jika aku mendengar bahwa seorang itu tidur di waktu pagi maka aku pun merasa tidak suka dengan dirinya”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no 25442 dengan sanad yang sahih]
Gue : yang ini, iya deh. Gue cuma bisa ngangguk-ngangguk bilang iya. Percaya deh kalo ulama emang benci sama tidur habis shubuh. Ibuk gue aja benci kok, pasti selalu bersabda gini, "Nduk, bar shubuh kok malah bubuk, olahraga sana, nyari oksigen .." Dan gue cuma 'menguapkan' mulut. Langsung deh lemparan bantal menyerbuku. Ampun, buk ..
- Membuat malas dan melemahkan badan
Ibnul Qayyim
ketika menjelaskan masalah banyak tidur, beliau menyatakan bahwa banyak
tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta
membuang-buang waktu
Gue : Ini efek terburuk yang beruntun, sebab pas kuliah emang lebih sering gue tidur dalam kamuflase sok nulis catetan dengan menunduk. Dapat teguran? Berkali-kali. Kenapa nggak cepet-cepet bertaubat? Ini yang perlu gue ulangi : nggak tidur pas kuliah itu nggak semudah nyanyi "Balonku Ada 5" dengan huruf vokal berubah jadi "O"
- Pagi adalah waktu dibaginya rizki
Imam Ibnul Qayyim
mengatakan dalam kitabnya Zaadul Ma’aad, bahwasannya orang yang tidur
di pagi hari akan menghalanginya dari mendapatkan rizki. Karena waktu
subuh adalah waktu di mana makhluk mencari rizkinya, dan pada waktu
tersebut Allah membagi rizki para makhluk.
Dan beliau menukil dari Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhu bahwasannya dia melihat anaknya tidur di waktu pagi maka ia berkata kepada anaknya "Bangunlah engkau! Apakah kamu akan tidur sementara waktu pagi adalah waktu pembagian rezki?"
Dan beliau menukil dari Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhu bahwasannya dia melihat anaknya tidur di waktu pagi maka ia berkata kepada anaknya "Bangunlah engkau! Apakah kamu akan tidur sementara waktu pagi adalah waktu pembagian rezki?"
Gue : Nah, ini dia. Rizki berasa ngejauh banget. Nggak hanya yang berupa materi tapi ketenangan batin ( cieeehh ) dan kesehatan badan. Berasa capek semua. Dan ini yang membuat gue emang harus cepet-cepet taubat dari hobi buruk ini. ~Ampuni, Ya Allah ..
Astaghfirullah ... benar-benar kebiasaan yang buruk.
Hati gue berkata :
"Gue harus berdoa sebelum nyebar postingan ini "Ya Allah, jauhkan seluruh godaan syetan di hariku, pagi hingga petangku, mudahkan urusanku. Karena hanya Engkau Yang Maha Pemberi Kebaikan, Aamiin"
Semoga manfaat sekalian barakah, kurangi dan mulai berantas tidur setelah Shubuh, semangat buat perbaikan diri. Ayo, kita bisa ! ( bukan slogan kampanye ! ).
"Gue harus berdoa sebelum nyebar postingan ini "Ya Allah, jauhkan seluruh godaan syetan di hariku, pagi hingga petangku, mudahkan urusanku. Karena hanya Engkau Yang Maha Pemberi Kebaikan, Aamiin"
Semoga manfaat sekalian barakah, kurangi dan mulai berantas tidur setelah Shubuh, semangat buat perbaikan diri. Ayo, kita bisa ! ( bukan slogan kampanye ! ).
Bismillah !!!
My First DB's Project
Bismillah ...
Udah rilis Tutorial pertamaku tentang Mata Kuliah Database :
Cek link ini :
Tugas Mandiri 1 ( asli buatan gue )
Selamat Mencoba !!
Semoga bermanfaat, guys :D
Udah rilis Tutorial pertamaku tentang Mata Kuliah Database :
Cek link ini :
Tugas Mandiri 1 ( asli buatan gue )
Selamat Mencoba !!
Semoga bermanfaat, guys :D
Zero Point Five of Ramadhan
Bismillahirrahmanirrahiim ...
Siang masih menyengat seluruh elemen Kota Surabaya. Begitu
juga aku yang masih menanti sejuknya senja dengan merasakan seluruh kekuatan
panas sang matahari. Surabaya masih menemani awal Agustusku. Bulan yang cukup menyita waktu
liburanku dan tentu melelahkan bagiku, harus pulang pergi kost-kampus
hampir-hampir setiap hari. Ada amanah yang tengah disandarkan di atas pundak
ini yang semakin ragu berkata, “ masihkah mampu menopangnya? “. Namun, aku
tetap senantiasa menghapus keraguan itu, sebab Allah Ta’ala telah nyata menjadi
sumber kekuatanku, dengan ridho dan cintaNya yang kuberharap tak akan pernah
berhenti sampai Dia yang berkehendak menghentikannya.
Hari ini tentang nikmatNya yang luar biasa. Setengah dari
aroma Ramadhan 1433 H.
“ Alhamdulillah ..” gumamku. Aku benar-benar harus
bersyukur. Aku masih dalam nafas puasa karenaMu. Semoga tetap
istiqomah.
Langit sebiru dan sebersih hari ini masih nampak jelas
ketika kepala sedikit mendongak ke atas. Allah benar-benar begitu mengagumkan
saat detil ciptaanNya meluas, menunjuk Dzat keagunganNya. Sang pemilik alam
beserta isinya. Yang Maha Mencipta seluruh lapisan kehidupan. Dan semuanya masih bersama setengah Ramadhan 1433 H.
Masih lembut semilir angin di sudut kampus masih benar
menyentuh raga ini. Menyapa seluruh dedaunan, menjadikan selaras dalam alunan
tasbihNya. Menjadikan hati ini terdekap lembut dalam rasa rindu kampung
halaman. Seperti dekapan setengah Ramadhan 1433 H.
Masih lantun terdengar ayat-ayatNya terlafadzkan. Menggema,
menenangkan batin yang masih separuh setenang lautan. Semoga Gusti Allah
menyabarkanku dalam setengah Ramadhan 1433 H.
Masih ada pesan-pesan singkat di ponselku, masih ada rasa
rindu mereka yang dengan manja meminta kehadiranku di setengah Ramadhan ini.
Redakan sebentar rindu ini, Ya Allah .. Di setengah Ramdhan 1433 H ini.
Alhamdulillah ... Setengah Ramadhan telah benar-benar
berjalan, lambat laun menuju sebuah kemenangan. Semoga. Dan aku hanya berharap,
kemenangan itu akan aku dapat pula. Aamiin ..
~kaf, bersama setengah Ramadhan 1433 H
Buku Kehidupan
Bismillahirrahmanirrahiim ..
Pada dasarnya setiap kehidupan menyerupai sebuah buku. Setiap lembar berawal dari putihnya pagi. Terserah kepada kita akan kita biarkan putih atau tertindas tinta kebaikan maupun keburukan. Itu hak sepenuhnya dari jiwa kita. Dan Illahi Rabbi yang berhak menentukan tebal tipisnya lembar demi lembar buku kehidupan kita. Bersyukurlah dan perbaiki terus apabila kamu telah mengisi lembaran harimu dengan kemanfaatan, namun segera benahi dan evaluasi jika memang lembaran harimu telah tertindas noda keburukan. Semoga bermanfaat :)
...........................................................................................................................................................................
Pada dasarnya setiap kehidupan menyerupai sebuah buku. Setiap lembar berawal dari putihnya pagi. Terserah kepada kita akan kita biarkan putih atau tertindas tinta kebaikan maupun keburukan. Itu hak sepenuhnya dari jiwa kita. Dan Illahi Rabbi yang berhak menentukan tebal tipisnya lembar demi lembar buku kehidupan kita. Bersyukurlah dan perbaiki terus apabila kamu telah mengisi lembaran harimu dengan kemanfaatan, namun segera benahi dan evaluasi jika memang lembaran harimu telah tertindas noda keburukan. Semoga bermanfaat :)
...........................................................................................................................................................................
Mengajar
#Baru bisa terbit nih, hehe ... monggo :)
Pengalaman selalu menjadi guru terbaik dalam kehidupan. Begitu juga dengan pengalaman beberapa waktu lalu yang aku jalani. Kusebut dengan istilah operasi kecil. Mengapa operasi kecil? Sebab dalam operasi ini mengandung berbagai operator yang memiliki arti dan makna yang dalam. Terdapat operator tambah yang sekiranya mengoperasikan antara aku dan sebuah kehidupan untuk saling menambahkan berbagai kreasi ilmu, pengalaman, maupun cerita. Ada operator kurang, sekiranya aku dan kehidupan dapat saling mengurangi kesombongan, kegengsian, dan hal negatif yang fatal mampu merusak jiwa-jiwa yang sederhana ini. Operator kali, sekiranya mengkalikan setiap kebahagiaan yang memberkah dari sebuah pengalaman, lalu bagi sebagai operator yang membagi setiap cerita dalam kebaikan jiwa yang ikhlas. Bisa kalian tebak apa pengalaman yang mengagumkan itu? Akan segera kujawab ….
Murid-murid di MI Kenjeran ^^ |
Pengalaman selalu menjadi guru terbaik dalam kehidupan. Begitu juga dengan pengalaman beberapa waktu lalu yang aku jalani. Kusebut dengan istilah operasi kecil. Mengapa operasi kecil? Sebab dalam operasi ini mengandung berbagai operator yang memiliki arti dan makna yang dalam. Terdapat operator tambah yang sekiranya mengoperasikan antara aku dan sebuah kehidupan untuk saling menambahkan berbagai kreasi ilmu, pengalaman, maupun cerita. Ada operator kurang, sekiranya aku dan kehidupan dapat saling mengurangi kesombongan, kegengsian, dan hal negatif yang fatal mampu merusak jiwa-jiwa yang sederhana ini. Operator kali, sekiranya mengkalikan setiap kebahagiaan yang memberkah dari sebuah pengalaman, lalu bagi sebagai operator yang membagi setiap cerita dalam kebaikan jiwa yang ikhlas. Bisa kalian tebak apa pengalaman yang mengagumkan itu? Akan segera kujawab ….
Cerita berawal dari organisasi mahasiswa
yang berada di kampusku. Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) menawarkan sebuah
kegiatan yang cukup menarik perhatianku. Program Desa Binaan yang di dalamnya
terdapat salah satu program bernama “ Mengajar “. Nah! Tepat sekali! Ini dia
jawabannya. Program “Mengajar” inilah yang menjadi pengalaman berhargaku untuk
menjadi sosok yang setidaknya berusaha menjadi sutradara operasi kecil. Tiga pertemuan ( setiap akhir pekan ) di salah satu
MI di tepi Pantai Kenjeran telah aku dan kawan-kawan pengabdi operasi kecil
lakukan. Sederhana memang, hanya mengajar dua mata pelajaran inti UNAS 2012,
Matematika dan IPA yang kukira mereka tak sekalipun bersemangat mempelajari
keduanya bersama kami. Dan ternyata itu salah. Keantusiasan mereka sempat
membuatku terharu dan semakin bersemangat dalam mengajar.
Pertemuan pertama adalah hari Sabtu tanggal
10 Maret 2012 yang kami isi dengan perkenalan dan mengerjakan beberapa soal
pretest Matematika dan IPA. Hari pertama memberiku kesan yang menyenangkan dan
pertemuan berlanjut pada tanggal 11 Maret 2012 yang membahas tentang jawaban
dan penjelasan Pretest hari sebelumnya. Semakin terharu ketika mereka dengan
tawa, senyuman, dan semangat belajar menjadikanku sosok yang merasakan
kesederhanaan di dekat mereka. Cerita mereka tentang ular yang memakan tikus
atau tentang acara televisi yang menjadikan mereka malas belajar dan kesemuanya
mereka ceritakan dengan sederhana dan mimik lucu ala anak SD.
Minggu kedua, pada hari Sabtu kami harus rela berhalangan hadir. Ada beberapa keperluan yang membuat kami tidak bisa “menginspirasi” dalam pengabdian operasi kecil. Namun berbeda setelah pertemuan ketiga kami lakukan, ketika hari Minggu tanggal 18 Maret 2012. Walaupun hanya lima mahasiswa yang berangkat ke MI dimana kami siap melanjutkan materi mata pelajaran IPA kami tetap bersemangat menyapa mereka dengan rasa tulus kami untuk berbagi. Namun ada beberapa pertanyaan dan pernyataan yang membuatku benar-benar terharu sebab mengisyaratkan sebuah rasa rindu akan ketulusan kami kepada mereka.
“ Kak, kemarin kok nggak datang pas hari
Sabtu?”
Atau
Atau
“ Kak, kok yang datang jadi sedikit?”
Atau
“ Kak, lho yang mas-mas sama mbak-mbak
lainnya kemana ?”
Ya Allah, serindu itukah mereka
menginginkan kami setidaknya datang dalam jumlah banyak serta selalu
menyenangkan hati mereka dengan
belajar ala nuansa operasi kecil? Semoga ketulusan
mereka untuk bertemu menjadikan kami semakin dekat dengan mereka dan ikut
merasakan kesederhanaan ini.
Tak berhenti disini saja, sebab cerita baru saja akan dimulai. Berawal dari pertanyaanku pada segerombol adik-adik yang kubimbing.
“ Ayo, adik-adik, siapa yang pengen lulus ?”
Serempak tanpa komando mereka mengacungkan tangan dan teguh dengan keputusan menginginkan sebuah catatan kelulusan mereka terima dengan segera saat itu. Pertanyaan kulanjutkan lagi.
“ Mbak lanjutin, siapa yang pengen
ngelanjutin sekolah?”
Serentak mereka berkata,
“aku, mbak, aku, aku “
Namun salah satu dari mereka tepat menjawabnya dengan kalimat,
“ ingsun, mbak! Ingsun … ingsun “
Ingsun, adalah sebutan bahasa jawa untuk kata saya. Benar saja anak lelaki yang berkata “ingsun” tadi bersemangat ketika kutanya kembali kemana ia ingin melanjutkan sekolah? Dengan kemantapan hati di menjawab,
“ mondok, mbak!”
Sesungging senyuman rasa bangga tertuang dalam guratan tatap matanya yang bulat dan tentu polos dan dalam kejujuran.
Dari sini ceritanya dimulai. Namanya Rizky, ah namanya sama seperti nama kucing kesayanganku, ups hehe. Dia bercerita panjang tentang keinginannya untuk bersekolah islami atau “nyantren” bahasa kerennya. Namun, tiba-tiba ceritanya terhenti pada sebuah kalimat. Lalu ia lanjutkan bertanya padaku.
“Mbak, kata temenku, kalo kita mondok, mimpi dan cita-cita
kita nggak bisa dicapai? Bener ta
mbak?”
Aku tersentak. Hatiku diam mendadak. Cita-cita? Aku bergumam dalam hati.
“Kau sama seperti masa kecilku dulu, cita-cita selalu berseliweran di fikiran ... mengambang, dan meminta tanggung jawabku!”
“Kau sama seperti masa kecilku dulu, cita-cita selalu berseliweran di fikiran ... mengambang, dan meminta tanggung jawabku!”
Sekelebat film yang baru saja kusaksikan
melemas di otakku. Negeri 5 Menara, cerita anak perantauan yang rela
meninggalkan kampung halaman untuk mondok. Dan ia ( Alif ) sempat ragu, jika nanti
sudah mondok, akankah semua mimpinya harus pupus dan sirna. Akankah ia harus
menjadi seorang ustadz saja ?
Sama, ya, sama dengan Rizky. Sempat kutanya
kepada Rizky yang masih berharap akan jawabanku.
“Pengen jadi apa dek kalo besok sudah
besar?”
“Pemain sepakbola, Mbak.” jawabnya mantab.
Aku terdiam sebentar dan kuhirup beberapa
kali nafas untuk siap menjawab pertanyaan polos Rizky dengan jawaban yang tepat
dan menyenangkan hatinya.
“Mondok ataupun sekolah umum pada nantinya
setiap mimpi dan cita-cita kita pasti tetap ada, Dek. Namun tak mudah dalam
mencapainya sebab butuh kesungguhan dalam mencapainya. Ketika adek pengen jadi
pesepakbola ya adek harus berusaha untuk mencapainya. Ada sebuah pepatah Arab
yang kurang lebih seperti ini : Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh
dia mendapatkannya. Maka, kalo ada mimpi dan cita-cita adek yang pengen
dicapai, pakai semangat Man Jadda Wajada ya, Dek” .
Raut wajahnya sekejab berubah. Lalu dia kembali bertanya.
“Apa mbak tadi pepatahnya?”
“Man Jadda Wajada.”
“Oh, Man Jadda Wajada. Bagus mbak! Bisa tak
buat penyemangatku. Makasih”
Ia berlalu sambil berlari keluar kelas. Ada raut senang dan semangat di wajahnya. Akupun juga. Lega rasanya ketika bisa menginspirasi orang lain yang dalam situasi ini adalah si Rizky yang bersemangat dalam mencapai mimpi dan cita-citanya.
Ia berlalu sambil berlari keluar kelas. Ada raut senang dan semangat di wajahnya. Akupun juga. Lega rasanya ketika bisa menginspirasi orang lain yang dalam situasi ini adalah si Rizky yang bersemangat dalam mencapai mimpi dan cita-citanya.
Benar-benar pengalaman yang menyenangkan
ketika bisa berkonstribusi sedikit dalam hal mengajar terutama. Semoga ini
menjadi aktivitasku yang mampu bermanfaat nantinya. Ada cerita lucu, cerita
menyebalkan, cerita menyenangkan dari sebuah program mengajar seperti ini.
Hebat bukan? Mengajar, menginspirasi banyak insan. Mengajarlah, maka akan kau temukan sebuah
kesederhanaan dari kehidupan.
Spertinya seru obrolan mereka :D |
I love this day !
Love this day ! Nganjuk :) |
Bismillahirrahmanirrahiim ...
Seminggu yang lalu bahkan sebulan yang lalu, aku masih setia berkutat dengan kesibukan dan padatnya jadwal kuliah di kota pahlawan, Surabaya. Setumpuk lapres, seabreg tugas, deretan post-test senantiasa menemani fisik ini yang semakin merindukan kampung halaman. Namun hari ini, setelah melewati masa semester 2 #pasca UTS dan UAS, aku mampu sedikit bernafas lega #Alhamdulillah ...
Awal cerita :
Hari ini sebenarnya adalah rutinitas untuk balik lagi ke kota perantauan, namun karena memang perkuliahan semester ini telah usai jadi tinggal menanti nilai sembari aku menikmati masa liburan yang 'sedilut'. Saat adzan shubuh tadi berkumandang, segera aku tunaikan kebutuhan jiwaku, sholat shubuh ... Setelah usai rutinitas ruhiyahku, coba aku 'intip' akun jejaring sosial. Astaghfirullah, ada yang tiba-tiba menyesakkan jiwa. Entah mengapa ada yang begitu menyakitkan dari sebuah 'status' akun orang di jejaring sosial itu. Memang sepele, mungkin cuma olok-olokan yang memandang sebelah mata kampus idamanku. Namun mereka berhak atas apa mengumbar rasa iri mereka? Hmmm ... semoga aku senantiasa diberi fikiran positif kepada siapapun dan senantiasa dapat bersemangat dalam prestasi serta memberi yang terbaik untuk kampusku. Fiuh, pagi yang cukup memanaskan mata yang membaca.
Tiba-tiba ada fikiran cemerlang mampir. "Onthelan pagi, yuk!!". Langsung saja prepare semuaanyaaaa #mumpung bisa melek, hehe. Sepeda onthel ijo? Siap! Kacamata? Siap! Kamera pinjeman dari abangku? Siap! Mari kita berolahraga pagi !!!!! #tancap ...
Ciiiiiittttt ... Langkah terhenti sejenak, "Nduk, tumbas janganan dhisik ndang," ibukku menyela langkah. Apa mau dikata, bukti bakti putrinya yang paling 'unyu', maka aku harus rela membelokkan arah untuk berbelanja sayuran terlebih dahulu. Ah, ndak apa-apa. Berangkat!
15 menit kemudian ...
Oke saatnya 'onthel'an ...
Kayuh, kayuh, kayuh, ngos ngos ngos, airrrrr #gak bawa. Nasibbb ... ngos-ngosan baru 10 menit nanjak jalanan . Ini baru olahraga, hehe. Maklum anak kost, jarang dan hampir nggak pernah olahraga. Paling pol jalan kaki kalo nggak gitu lari pagi gara-gara telat masuk kuliah. Hehe.
Alhamdulillah , udah nyampek ternyata. Subhanallah , cuma bisa bilang itu. Dingin, adhem, keren, indah, sejuk ..... semuaaaaaa deh. Ini yang bikin aku pasti merindukan kampung halaman. 1 km dari rumah sudah bisa melihat indahnya Gunung Wilis, sungai yang masih jernih, matahari terbit yang menakjubkan. Dan kesemuaaaanya bikin ketagihan ... Subhanallah ..
Ini tak bagikan hasil jeprat-jepretnya :
Sunrise :) |
pinggir sungai Kuncir, desa di lembah Gunung Wilis |
Onthel-ku ikutan sunrise-an , hehe |
haha #aku |
Ups .. anak sekolah lagi menanti angkutan |
Alam Nganjuk memang tak ada duanyaaaaaa ^o^ fuhuuuuw
Ending pagi ini :
Cerita pagi ini seperti rujak. Campur-campur rasanya. Hehe. But, I can conclude ...
Inilah hidup. Warna yang bisa menjadikannya terasa berbeda. Mungkin kemarin, dengan 'keisengan'ku aku bertindak yang membuat siapapun disana sakit hati, aku minta maaf, atau dengan 'kelucuan'ku aku menjadikan kalian siapapun disana tertawa bahagia, atau dengan 'keseriusan'ku aku mengubah suasana kita menjadi kaku. Namun semua itu merupakan warna. Perasaan iba, cinta, syukur, sedih semua merupakan pelangi kehidupan. Allah yang Maha Indah telah menjadikan kehidupan ini sebuah alunan indah secantik ciptaanNya yang mangagumkan. Hanya syukurlah yang mampu menambah setiap indah nikmatNya.
Sambutlah alam yang tengah tersenyum..
Cerita sahabat yang merindukan..
Kebaikan hati dalam jiwamu
Biarkan mengalun bersama nikmatNya
Semoga Allah Ta'ala bersama orang-orang yang senantiasa bersyukur ..
Defragment
Memang sepertinya perlu dilakukan proses 'defragment' pada pribadi yang masih sangat kurang ini. Sikap, pemikiran, keegoan, waktu, hafalan, amanah, kesungguhan, niat, semangat, mimpi, cita, porsi, prioritas, agenda, pe-de-kate kepadaNya....
Ya, kurasa semuanya.. bukan karena telah dekat aroma Ramadhan yang harum, namun memang karena telah lama diri ini berkecimpung dalam lubang ke'amburadul'an.
Bismillahirrahmanirrahiim ... mudahkanlah Ya Rabbi :)
Defragment .... "Enter" ....
...
...
...
...
...
Processing ------- 0% ...
...
...
...
------- 1% ...
...
Ya, kurasa semuanya.. bukan karena telah dekat aroma Ramadhan yang harum, namun memang karena telah lama diri ini berkecimpung dalam lubang ke'amburadul'an.
Bismillahirrahmanirrahiim ... mudahkanlah Ya Rabbi :)
Defragment .... "Enter" ....
...
...
...
...
...
Processing ------- 0% ...
...
...
...
------- 1% ...
...
Alhamdulillah .. 1 Tahun ( UAS ke-2 )
Bismillahirrahmanirrahim ... today...
Pantas apabila rasa syukur ini terhaturkan atas nikmat yang tak terkira, yang datang dari cintaNya hari ini. Tak dapat dihitung memang, namun wajiblah disyukuri. 1 tahun telah meniti dan beradaptasi di salah satu kampus perjuangan di Surabaya ( Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ) membuatku lambat laun betah dengan segala aktivitasnya yang mengagumkan. Betapa tidak? Kuliah full 4 hari ( Senin - Kamis ) untuk semester 2 ini dari jam 8 pagi sampai rata-rata jam 4 sore. Praktikum dan teori yang seimbang. Belum lagi kegiatan ekstra yang tak ingin setengah-setengah menguras waktu, fikiran, dan keistiqomahanku. Aktif dan sangat istiqomah terjadi seperti ini selama lebih dari 5 bulan berjalan dan menginjak bulan keenam dari semester 2. Alhamdulillah ... memang Gusti Allah akan selalu memberi kekuatan pada hambaNya yang senantiasa berusaha dan berusaha.
Nikmat kesehatan, nikmat iman, nikmat ukhuwah, nikmat persahabatan, nikmat berlelah-lelah dalam kebaikan, nikmat merindukan keluarga, nikmat mengabdi dan meniti setiap ilmu tentunya telah menjadikanku seoarang yang wajib selalu bersyukur. Alhamdulillah. Dan kini, bukan tanpa sadar, namun jelas telah sadar aku mampu mencapai level UJIAN AKHIR SEMESTER 2. Nikmat yang mengagumkan sekali lagi. Gusti Allah memang Dzat yang benar-benar Maha Agung. Betapa tidak? Kesempatan menjadi mahasiswa dengan label " Mahasiswa Baru " patutlah untuk disyukuri. Sebab masih banyak saudara kita yang belum sempat ataupun tidak bisa mengenyam aroma perkuliahan. Dari sini Allah telah ridho dengan jalanku dan jalan kita untuk memanfaatkan kesempatan yang luar biasa. Sepatutnya belajarlah sungguh-sungguh. Berusaha!
Tentang UAS sendiri, sebagai salah satu pedoman pengujian materi-materi setiap 1 semester ini juga merupakan nikmat yang patut disyukuri kepada Allah SWT. Sambutlah dengan sukacita! Sebab dari nikmat yang terkadang banyak mahasiwa mengeluh karenanya ini dapat kita ambil banyak makna. Dari pengujian ilmu yang telah kita cari dan enyam dengan pengorbanan waktu, fikiran dan tentu kontinyuitas, kemudian evaluasi-evaluasi yang perlu kita lakukan dalam 1 semester dan banyak lagi. Dan dari nikmat UAS ini level tingkata kita diuji agar kita tau apakah kita pantas naik level berikutnya. Entah itu bertambah semester atau naik kelas seperti pada keadaanku saat ini. Yap! Aku hampir 1 tahun mengenyam pendidikan pastilah harapan untuk naik kelas dan naik level selalu menjadi harapan yang sekaligus amanah yang wajib kuemban. Tak mudah sampai pada level ini namun sampai saat ini yang kupertahankan agar aku mampu melalui UAS sebelumnya dan 2 UTS sebelumnya adalah senjata terbaik seorang muslim. Doa. Doa. Doa
Doa memanglah patut menjadi salah satu senjata seorang muslim. Allah saja berfirman dalam QS Al-Mu'min : 60 : “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
Allah memang menyukai hambaNya yang tak lupa dan senantiasa berdoa. Apalagi berdoanya sungguh-sungguh. Seperti di dalam hadits riwayat Tirmidzi : " Berdoalah kalian kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan dikabulkan dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai."
Jadi berdoalah kawan. Sebab kalian memiliki Allah yang akan mengabulkan doa-doa kalian seperti pada ayat ini . “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah : 186).
Jadi senjata fisik kita yang abstrak ya berusaha semaksimal mungkin pada level ini. Tak lupa doa dan tawakal selalu kepada Gusti Allah. Ikhlas jangan lupa! Ingatlah kawan. "Inna ma'al 'ushri yushra" : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( QS Al-Insyirah : 6 ). Semangat kawan! Semangat UAS! Semangat naik level!
-kaf-
-kaf-
Mahameru ? Bisa !
Bismillahirrahmanirrahiim ... this year ...
Berawal dari keinginan kecilku untuk naik gunung kini aku
telak telah merasakan suatu dorongan yang besar untuk menjajal puncak-puncak
tertinggi di Pulau Jawa. Aku ingin ke Bromo, ingin ke Arjuna, dan tentu ingin
ke pucak tertinggi di Pulau Jawa : Mahameru. Ini memang bukan hanya khayalan
semata, namun aku ingin ini menjadi sebuah kenyataan. Aku ingin merasakan di
atas awan, aku ingin merasakan bintang ataupun langit sejengkal mendekatiku,
dan aku ingin benar-benar tak bersempit hati dalam hal kenikmatan alam semesta
oleh Allah SWT.
Satu yang memotivasiku, Allah. Dan tentu beberapa cerita
para sahabat dan orang-orang terdekatku yang telah merasakan keindahan
tersendiri dan kebanggaan atas bumi pertiwi ini dengan alamnya yang luar biasa.
Tak ketinggalan, sebuah novel penggugah mimpi dan keyakinan yang berjudul “ 5
cm “ karya Donny Dhirgantoro. Novel ini berisikan perjalanan hidup dari lima
sahabat yang dari sebuah mimpi mereka dapat menjadi sahabat yang sejati. Sejati
dalam memaknai hidup, bersyukur, bermimpi, berkarya, sukses, dan menjalani
kehidupan lanjutan serta menularkan kecintaan mereka akan Indonesia ini kepada
anak keturunan mereka. Bukankah menarik ? Aku sarankan untuk membacanya, hehe.
Dan serunya adalah jika suatu hari nanti aku beneran bisa
mencapai puncak-puncak terbaik Indonesia tersebut. Tahun ini, InsyaAllah.
Berbekal motivasi dan keinginan kuat untuk menuju kesana, InsyaAllah aku akan
berangkat bersama kawan-kawan SMAku. Semoga mampu menjadi nostalgia perjuangan
masa SMA. Masa perjuangan ketika bersekolah dari pagi hingga siang hari,
perjuangan berorganisasi, berkoordinasi dalam sebuah acara maupun kegiatan.
Semoga efek geng “Power Rangers” dari “5 cm” akan menular pada perjalanan kami
nanti.
Sebuah mimpi dan harapan yang kini tengah aku gantung, aku
ambangkan tepat di depan kening dan mataku sejauh 5 centimeter, semoga bisa terwujud.
Semoga menjadi sebuah pengalamaan yang pastinya akan mengagumkan. Kini, waktuku
untuk mempersiapkan segalanya, jasmani dan rohani. Jasmani, kekuatanku untuk
bertahan dalam pendakian dengan adaptasi bersama alam. Sedangkan rohani adalah
dimana saat aku harus menengadah, berpasrah atas segala keindahan ciptaanNya
yang mengagumkan.
Subhanallah. Ayo semangat ! Bromo, Arjuna, dan ….. MAHAMERU
menantimu, Kaf !