- Back to Home »
- Bintang , Coretan , Langit , Pagi »
- Secuil Cerita Pagi
Posted by : Etika Indra Khusna
Senin, 22 Oktober 2012
Pagi.
Alarmku berdering pukul 2 pagi, meramaikan pagelaran alarm di salah satu kamar villa
pelatihan, Pacet. Dan payahnya dalam situasi setenang ini bersama orang-orang
pilihan terbaik dariNya aku tetap saja tak bergeming dengan suara alarm yang berdesing-desing. Alhasil, pukul 3 aku baru setengah sadar dari lelapku.
Yakin, hampir semua penghuni villa telah sujud bertahajjud pagi ... oh, telat !!
Tapi,
aku tak ingin ketinggalan, aku masih berkesempatan untuk bertemu
dengan sepertiga malam akhirNya. Jreng!! Aku bangkit.
Pukul setengah empat kurang, aku masih antri
untuk wudhu di kamar mandi ~yang jelas-jelas airnya telah habis karena belum bersahabatnya air PAM~. Tak lama, salah satu rekanku mengajakku untuk
wudhu di kran saja, tentu letaknya di luar villa. Aku mengiyakan saja.
Saat aku mendongak keluar, “Subhanallah ..”
Ilustrasi bintang :) |
Satu kata yang benar-benar menenangkan hati. Suasana tenang, dingin yang tak
menusuk, udara sebelum shubuh yang bersih menelungkupi tubuh yang baru saja
tegak.
Saat mendongak ke atas, bibir ini kembali bertasbih. Jutaan kerlip bintang terasa begitu dekat dan seakan mendekat padaku. Terlihat
begitu menyenangkan dalam ceria kerlipnya.
Pagi yang
kuharapkan berkesan telah benar-benar merengkuh hati ini dalam syukur. Dalam
sujud pagi hingga dzikir pagi ini, sentuhanNya mengagumkan.
“Alhamdulillah
..”
Setidaknya, tempat ini telah menjernihkan keruhnya hati, membersihkan negatifnya pemikiran, mewarnai buncah-buncah senyuman. Ah, aku benar-benar tengah berlatih mempuitiskan kata-kata :p
Namun, tetap tak pernah absen doaku pagiku untuk mereka, malaikat-malaikat terbaik pilihanNya yang telah mengikhlaskan waktu hingga perhatiannya padaku. Bapak, Ibuk, Mas, Adik, Mbak. Semoga Gusti Allah senantiasa menjaga kalian dalam cinta dan kasih sayangNya.
Berdering, bergetar ponselku. Pesan
singkat dari seseorang dengan atap langit yang berbeda, berpuluh-puluh
kilometer dari tempatku bertafakur ini mulai bersuara. Menyuarakan harapan yang
sama. Menyimak berbagai cerita pagiku. Dalam sabarnya, dalam kebaikannya. “Semoga
Gusti Allah senantiasa menjaga sampeyan
.. “
Pacet, Mojokerto
20 Oktober 2012