Posted by : Etika Indra Khusna Senin, 16 Mei 2011

Seperti tersihir hebat oleh buku yang baru kubaca setelah berhasil kupinjam dari salah seorang sahabatku . Satu buku apik karya A. Fuadi , Negeri Lima Menara . Dari judul saja sudah membuatku berdecak kagum .

Saat itu , seingatku pertengahan semester pertama tahun ketiga di SMA ada yang menggelitikku untuk segera melahap buku setebal lima ratus halaman lebih ini setelah kupinjam nantinya . Ah, sialnya diriku saat itu . Karena antrean panjang peminjam , belum lagi jatah pinjaman yang terjadwal maka aku urungkan niatku merampungkan buku itu dalam tiga hari, kurasa aku belum sanggup menyelesaikannya jika diberi jangka waktu seperti itu . Sebenanya bisa , namun jika kulakukan akibatnya fatal . Tugas dan pe.er dari sekolah bakal terbengkalai dan pada akhirnya nanti buku itu akan sukses menertawaiku yang asyik menelengkup setiap makna dari ceritanya . Namun hal terakhir ini tak terjadi , karena aku lebih memilih menjadi antrean akhir , hingga buku itu tanpa peminjam lain kecuali aku semata . hehe

Dan parahnya , buku itu masih antri sampai akhir semester dua . Haha . Sampai – sampai aku lupa pernah menggebu - gebu ingin meminjamnya . Namun , beberapa hari yang lalu salah seorang sahabatku “memamerkan” diri telah lunas membacanya . Dan dari raut mukanya …. Oh tidak !!! Bersuka cita sekali , alias cerita yang dikulas membakar semangat tholabul ilmu ! What ??? Ini yang kucari . Dengan sigap aku langsung menyemprot si empunya buku untuk aku pinjam dan ikutmerasakan sensasi cerita novel anak Minang ini .

Berhasil !!!

Aku berhasil meminjamnya dan kurencanakan untuk merengkuh ceritanya di suasana anak kos yang baru saja hinggap pada diriku .

Selembar dua lembar mulai kuresapi setiap kata yang terangkai apik menjadi cerita yang khas . Khas pondok ( pesantren ) yang selama ini menjadi hal yang selalu menarik hatiku .

Ceritanya seimbang . Mulai dari pepatah arab yang melegenda dan terbukti ampuh . “ Man Jadda Wajada “ , lalu “ Man Zaro’a Hashoda “ , cerita lucu , cerita haru , perasaan iri , gokil , agamis , disiplin , hingga cerita yang membakar jiwa insane yang benar lemah motivasi . Sosok pengais ilmu yang mengagumkan dan para penyetrum ilmu yang memiliki ilmu ikhlasyang luar biasa berkeliaran hebat dalam novel ini .
Aku berkali – kali tak mampu menahan gelak tawaku di kursi depan yang kutata sebelumnya senyaman mungkin . Sampai – sampai , teman sekamar terheran – heran melihat tingkahku yang benar terbawa oleh alur cerita yang menakjubkan .

Hingga lembar terakhir kututup dengan senyum kepuasan . Ada yang membuat aku merasa terbius . Alur dan amanah novel tersebut . Dan kurasa buwanyaaaakkkk sekali , alias banyak pula perubahan yang sepatutnya kurubah untuh menjadi seorang pribadi yang bukan biasa – biasa saja , tapi luar biasa .

***
Hari ini , aku masih menanti salah seorang sahabatku ikhlas membeli novel lanjutan dari seri pertama karya A. Fuadi ini . Namun , jika memang uangku mencukupi maka akulah yang akan membelinya . Ranah Tiga Warna , A. Fuadi .

Haha … kini salah satu mottoku adalah dua pepatah super duper ampuh itu . :D

Ayo !! Man Jadda Wajada – siapa bersungguh – sungguh maka dapatlah ia –


{ 1 komentar... read them below or add one }

My Clock

Popular Post

Pengunjung Blog

unique stats

- Copyright © Kaf -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -